Selamat Datang di portal Mat Belatong

Monday, November 5, 2007

Pilkada dan MTQ XXII Kalbar

Oleh A. Halim R

MAT BELATONG dan Ketuk (sapaan akrab: Mat Ketumbi) tengah terlibat dalam dialog terbatas berkenaan dengan “peta politik” di Kalbar dewasa ini yang kian memanas. Panas amat ndak juga, sebab rakyat kian dewasa.


Dengan sistem Pilkada yang masih berlaku dewasa ini – di mana kandidat disyaratkan harus diusung oleh partai politik – tampak parpol jadi komoditas penting. Bagaikan gadis cantik di “menara gading” (walaupun retak-retak!).
Ironisnya, yang terjadi kini: bukan parpol yang memilih siapa yang pantas diusung naik pahar, tapi kandidat yang minta diusung. Kandidat yang melamar parpol, kandidat yang minta didukung jadi pemimpin. Tak peduli, resikonya: harus jadi “kuli kontrak”, menandatangani “kontrak politik” dengan parpol. Babak-belur keluar duit berpuluh-puluh miliar, bukan masalah. Sebab setelah duduk, duit tinggal diciduk dan ditangguk, untungnya jelas: minimal berpuluh kali tumpuk.
Dalam “bisnis”, tak ada orang yang mau rugi. Pemeo “biar tekor asal kesohor” sudah ketinggalan zaman! Falsafah “balik modal pun jadi” membuat perusahaan: stagnant dan bankrupt! Bisnis ya bisnis. Menipu dan meracuni orang dengan permen, tahu, ikan asin, buih mulut ber-formalin, bukan masalah.
Demikian juga dengan “bisnis politik”. Kandidat bukan cuma jadi “pancur duit” bagi DPD partai, tetapi juga jadi “bulan-bulanan” DPP partai.
Dengan sistem Pilkada yang demikian ini, jelas: cost yang mesti dihamburkan oleh kandidat jadi membengkak. Belum lagi yang perlu ditaburkan untuk meraih simpati rakyat, baik dalam kampanye terselubung maupun terbuka. Babar-belur memang!
Imbalannya – kalau sudah duduk di singgasana – niscaya: giliran rakyat yang babak belur! Duit proyek tak berketentuan, infrastruktur di daerah tak teperhatikan, dana pembangunan untuk kepentingan rakyat jadi korban! Keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat cuma impian.
Padahal pada zaman Rasulullah dan kekhalifahan masa lampau: jabatan tak akan diberikan kepada orang yang meminta!
Bukan apa-apa, Rasulullah takut si pemegang jabatan masuk neraka, rakyat sengsara dan teraniaya! Rasulullah atau khalifah yang memberi mandat: masuk hukum sebahat!
Tapi itu cerita “zaman dulu” waktu neraka “masih ada”. Sekarang bukankah neraka “cuma ada dalam cerita”. Seberapa banyak sih orang di dunia ini yang masih berpikir tentang mati, apalagi mempercayai kehidupan setelah mati? Tatkala banyak orang menderita dan mati karena permen formalin: emangnya gua pikirin – kata produser.
Di antara orang-orang “kuno” yang mempercayai “dongeng kehidupan dan kematian” itu adalah Mat Belatong dan Ketuk.
Berkenaan dengan peta politik di daerah ini, Ketuk berucap,”UJ poligami Jon, teken kontrak kawen dengan 8 partai! Partai yang berkoalisi pon begitu gak: salome, satu lobang (duit) rame-rame!
Mat Belatong yang “buta informasi” bertanya,”UJ tu ape, Ketuk? Mobel pekap burok yang ade merek UJ besak di depannye ituke? Mobel sebutik tu memang PD-nye kuat, biar burok: maseh sanggop merayap di jalan kota Pontianak!”
Ketuk menggaruk-garuk kening tak gatal, kemudian berucap,”Iye UJ tu mobel pekap burok, LHK tu toko elektronik, OSO tu pompa bensin, IL tu illegal logging!”
Ketuk berpikir, sungguh tak ada guna-gunanya orang menghadirkan berbagai media informasi di daerah ini bagi Mat Belatong. Tak dibaca dan didengarnya! Belum selesai Ketuk berpikir, tiba-tiba Mat Belatong berkata,”Ade faedahnyeke Ketuk, kite ni ngomong peta politik. Ndakke tadak kite omongkan pon, mesen politik tu jalan teros. Jangan-jangan kite pulak yang dilanyaknye!”
Ketuk menjawab,”Pilkada 15 November 2007 mendatang, punye makna signifikan, Jon! Bukan cume pemilehan Gubernur Kalbar, tapi Walikota Singkawang gak, untok periode 2008 – 2013. Di pundak yang menang tertanggong sukses-tadaknye pelaksanaan MTQ XXII Tingkat Provinsi Kalbar tahun 2009 di Singkawang!”
Sambil mengangkat kain sarungnya dan membuka kancing baju kokonya, Mat Belatong mengangkat dan mencangkungkan sebelah kakinya di kursi. Kemudian ia berkata,”Iyelah, kalau signifikan kate awak, tentulah maknanye penting. Apelagik tekaet dengan MTQ. Cume setan dan iblis yang mengharapkan pelaksanaan MTQ tu hancor-lebor!”
Ketuk berkata dalam hati,”Disebot MTQ, nyambong pulak die!” Lebih lanjut Ketuk berkata lewat mulutnya,”Makenye Jon, momen Pilgub November 2007 ini penting. Sebab di tangan gubernur yang baru ini nantik tergantong berape besar dana yang dialerkan Pemprov Kalbar ke Singkawang untok pelaksanaan MTQ itu. Lebeh daripade itu, siape Walikota Singkawang yang terpileh pada Pilkada November 2007 ini, dielah yang mesti punye kreativitas tinggi dan keikhlasan besar untok penyiapan dana penyelenggaraan MTQ yang lumayan besar itu. Lelehan dana dari Pemprov sangat tak bise diharapkan: entah-entah mencapai sepersepuloh dari keselurohan dana yang diperlukan. Untok MTQ Tingkat Nasional Perguruan Tinggi se-Indonesia di Untan beberape waktu lalu jak, sampai saat pembukaan MTQ, duet dari Pemprov Kalbar belom keluar! Tapi itulah, walau pon dana besar belom tentu menjamin kesuksesan dan kesemarakan penyelenggaraan sebuah MTQ. Dana besar pon, kalau tapah melulu yang mengelolanye, atau salah perencanaan, bise jadi percume gak!”
Ketuk beranjak ke dapur membawa gelas, untuk membuat kopi sendiri. Sebab yang tersisa di gelasnya cuma keredak kopi. “Sorry Mbok Laila, saye self service!”, ucap Ketuk kepada istri Mat Belatong yang tengah nyiang sayok keladi.
Setelah duduk kembali di hadapan Mat Belatong, Ketuk langsung berkata,”Pelaksanaan MTQ XXI Tingkat Provinsi Kalbar di Putussibau Kapuas Hulu 2 – 10 Maret 2005 lalu, terbilang sangat baik dan sukses. Bahkan terhadap acara yang disuguhkan pada malam pembukaan dan penutupan, banyak yang berkomentar: spektakuler! Ada tarian masal, pesta kembang api, dan permainan sinar laser yang sebelumnya tak pernah terjadi di MTQ tingkat provinsi maupun nasional! Lebih dari 20-an mobil yang berisi kepala dinas dan instansi Kota Singkawang konvoi bersama ke Putussibau untuk menghadiri malam penutupan MTQ XXI itu. Mereka terkejut mendengar kabar bahwa acara malam taaruf dan malam pembukaan MTQ XXI itu, sangat memukau! Pelayanan akomodasi, konsumsi dan transportasi bagi para kafilah dari masing-masing kontingen, sangat perfek. Mereka ingin “belajar” dari Kapuas Hulu, sebab mereka yang bakal jadi panitia MTQ XXII kelak. Dan lebih terkaget-kaget lagi mereka setelah menyaksikan apa yang disuguhkan pada malam penutupan itu. Mereka masih berkomunikasi dengan publik lewat selembar spanduk dengan tulisan: Kota Singkawang Siap Menjadi Tuan Rumah MTQ XXII Kalbar. Padahal Putussibau telah berbicara kepada publik lewat tulisan sinar laser yang bisa disorotkan ke tengah lapangan, ke bumbungan kompleks mimbar tilawah, bahkan ke kumpulan asap pecahan kembang api di langit! Sebetulnya tak perlu ada lagi bentangan spanduk yang bisa membuat risih pemandangan di tengah fasilitas elektronik yang tersedia. Tinggal pesan saja kepada panitia, Singkawang mau titip pesan apa kepada publik. Tinggal diketik dalam sekejap di komputer, kemudian dibentangkan di lapangan lewat sorotan sinar laser. Ataupun bisa memanfaatkan dua layar besar infocus yang terbentang di kiri-kanan lapangan!”
Mat Belatong ternganga dan terliur-liur mendengar cerita Ketuk. Liurnya belum sempat diseka, ketika Ketuk lebih lanjut berkata,”Akankah pelaksanaan MTQ XXII Kalbar di Singkawang tahun 2009 nanti diselenggarakan oleh Walikota Singkawang – Awang Ishak – bila ia terpilih kembali dalam Pilkada 15 November 2007 mendatang? Apa yang akan dibuatnya untuk MTQ tersebut, bolehkah kita berharap banyak kepadanya?”
Mat Belatong menyeka liur dengan lengan baju kokonya, sementara Ketuk menghela napas panjang. Keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing. Pikiran menerawang: mengingat sosok Awang! ***

(Pontianak, 20 Agustus 2007).
Versi cetak dimuat di Borneo Tribune, tanggal 4 November 2007

1 comment:

Yackpakit said...

Mat Belatong dari Kampong Paret Ribot dekat Paret Gadoh dimane tu petanya di Ponti tadak ade. Kalau diganti dengan Mat Belitang aje gimane bos? Jadi lebeh dekat ngan kampong kame.
Soal Pilkada itu sih dimane-mane sama. Rupanya jadi penguasa itu memang enak Mat! Pasti lebih enak dari pada permen yang dijual di warong Mat Tekor.